Selasa, 18 Februari 2014

Kesenian Budaya Kuda Renggong

Masa kini historis tentang kuda renggong masih bervariasi dan diwarnai dengan cerita mitos yang menyatakan bahwa dahulu kuda betina kepunyaan Bupati Suria Atmadja melahirkan anak kuda yang bernama Belo Jalu dari hasil perkawinannya dengan jin kuda yang pandai menari, diberitakan bahwa ada keanehan yang dimiliki akan kuda tersebut pada saat bias berjalan, gerakan langkahnya seperti menari. Cerita mitos ini beredar di masyarakat desa Cikurubuk, bahkan menurut juru kuda yang juga seniman kuda renggong di desa Cikurubuk, belo adalah sebutan untuk kuda yang masih muda, yang ciri-cirinya belum memiliki sihung ( Taring ). Taring biasanya tumbuh pada saat usia kuda menginjak usia 5 tahun.
Kuda pada masa lalu dipergunakan untuk keperluan para priyayi ( Bangsawan ) dan petinggi Belanda sebagai alat transportasi. Kuda dijadikan atribut kehormatan bagi pemiliknya yang kebanyakan para priyayi atau orang Belanda, rakyat biasa kebanyakan hanya sebagai pemelihara saja. Kuda selain untuk ditunggangi juga dijadikan penarik keretek ( Kereta Kuda ).
Menurut Bapak Mamat cucunya Aki Sipan, kuda-kuda priyayi termasuk milik Pangeran Mekah dititipkan pada kakeknya yang bernama Aki Sipan (1870) anak bapak Bidin yang tinggal di desa Cikurubuk Buah Dua Sumedang. Sejak kecil Aki Sipan senang sekali mengamati kuda terutama kuda yang dapat mengikuti gerakan manusia. Menurut Pa Mamat Aki Sipan memiliki gerakan yang unik, bila berjalan kepalanya mengangguk-angguk ( ngungkug :  Sunda ). Ide melatih kuda menari diawali saat berjalan setelah memandikan kuda-kuda asuhnya. Aki Sipan berjalan didepan kuda-kuda tersebut, dan tanpa disadarinya sewaktu dia menoleh ke belakang, dia melihat kuda-kudanya berjalan dan meniru gerak-geriknya. Timbul pemikiran bahwa kuda-kuda tersebut akan mampu dilatih berjalan dengan irama yang teratur menurut kehendaknya.
Tahun 1910 saat dia berusia 40 tahun atas izin pangeran Suria Atmadja, Aki Sipan mengolah gerakan-gerakan kuda tersebut diserasikan dengan irama bunyi-bunyian dari alat music dog-dog dan angklung, ternyata gerakan kuda makin lincah dan patuh bila diarahkan pada gerakan yang diinginkannya. Dari sekedar bercengkrama sambil menari dengan kuda asuhannya. Aki Sipan akhirnya mampu melatih kuda tunggangan priyayi yang bernama si Cengek dan si Dengdek dengan gerakan tarian yang menarik untuk ditonton. Dan atas seizing Bupati hasil karyanya tersebut dipertontonkan sebagai tunggangan anak Bupati saat di khitan. Ternyata kreasinya tersebut mendapat respon yang baik dari masyarakat yang menonton saat itu. Dan kemudian terkenal sebutan “kuda renggong”  yang berarti kuda yang menari.
Kuda renggong walaupun pertama kali muncul di tengah-tengah kalangan bangsawan ( Priyayi ) penyebarannya sebagai kuda tunggangan budak sunat lebih berkembang di pedesaan, terutama di desa Cikurubuk dan desa Buah Dua  Kabupaten Sumedang.
1)      Unsur-unsur kesenian Kuda Renggong
2.1.  Seniman Kuda Renggong
Pengembangan kreativitas Aki Sipan dalam kuda igel ( Kuda Menari ) diwujudkan dengan mendirikan sanggar seni Kuda Renggong dan dia pun menjadi pelatih panggilan bagi kuda-kuda diluar sanggarnya. Keahlian melatih kuda ini diwariskan kepada putranya yang bernama Sukria. Putranya inilah yang melanjutkan kreativitasnya dalam seni kuda renggong setelah Aki Sipan meninggal tahun 1939. Kemudian Sukria mewariskan keahlian melatih kuda kepada putra angkatnya yaitu Bapak Mamat yang saat ini memiliki kuda sewaan untuk pertunjukkan kuda renggong yang salah satunya bernama si Genjlong.
Seni kuda renggong yang merupakan hasil karya Aki Sipan saat ini sudah menyebar ke berbagai wilayah Sumedang dan luar Sumedang. Di desa Cikurubuk saat ini ada 8 ( delapan ) padepokan kuda, yaitu  :
1.      Genjlong, pimpinan Bapak Mamat
2.      Hegar, pimpinan Bapak Nuryasip
3.      Ekalaya, pimpinan Bapak Yaya M
4.      Jembar, pimpinan Bapak Unar.S
5.      Rahayu, pimpinan Bapak Ade s
6.      Bintang Labuan, pimpinan Bapak Raksi
7.      Cipta, pimpinan Bapak Kasja
8.      Bintang Mulya, pimpinan Bapak olot Encon
Para pimpinan padepokan kuda tersebut dikenal masyarakat sebagai juru kuda. Nama group seni kuda renggong miliknya sering berubah nama sesuai dengan nama kudanya. Nama kuda tersebut menjadi atribut yang selalu disulam pada epok punduk salah satu bagian busana kuda renggong.

2.2.  Kuda Untuk Kuda renggong
Kuda – kuda untuk kuda keperluan kesenian kuda renggong dipilih, dilatih, dipelihara dan diberi perawatan yng khusus. Kuda-kuda tersebut dapat dibeli di pusat penjualan kuda yang ada di Jawa Barat ( cimahi, Cijerah, Bogor, Rancaekek ). Kuda – kuda tersebut pada umumnya dibeli dalam kondisi Kuda atah yaitu kuda yang belum mempunyai kemampuan menari, para juru kuda melatih sendiri kuda-kuda tersebut atau memanggil pelatih kuda yang handal. Diantara juru kuda ada pula yang tidak mampu untuk melatih sendiri kudanya hingga bias menari, maka biasanya mereka membeli kuda yang kuda jadi  yaitu kuda yang sudah pandai menari dari para juru kuda lain yang menjual kudanya. Menurut Bapak Kuwu desa Cikurubuk, pelatih kuda yang handal di Sumedang adalah Bapak Encling dari desa Baros yang sekarang tinggal di desa Hariang. Para pelatih kuda memiliki kiat-kiat khusus dalam memilih, melatih dan merawat kuda untuk kuda renggong.
2.3.  Penyeleksian Jenis Kuda
Menurut Bapak Mamat, memilih kuda renggong selain jenisnya ada kiat-kiat tertentu yaitu  :
a)      Pengamatan Useran ( Kunciran )
Letak Useran yang ada pada tubuh kuda memiliki makna yang berbeda dan berpengaruh pada karakter kuda serta bawaan psikologis seperti mujur atau sial bagi pemiliknya. Kuda yang bagus adalah kuda yang mamiliki useran simetris terutama yang diatas mata. Pengaruhnya membawa mujur, menyenangkan dilihat sehingga disukai oleh orang-orang.
 
-          Useran yang terletak dibawah mata disebut turun tangis, pengaruhnya orang yang melihat akan mengasihi sehingga akan membawa berkah kemujuran bagi pemiliknya.
-          Useran dekat telinga memberi pengaruh kepantasan ( Pamatri  : Sunda ) pada kuda, bila tidak ada maka kuda tersebut di sebut suwung ( Kosong ) dan sebaiknya dimiliki oleh polisi agar suwung rampog ( Kosong dari rampok )
-          Useran pada jepitan paha disebut Pupundak , memberi pengaruh keselamatan atau terhindar dari bencana, bila tanda ini tidak ada maka kuda tersebut bias membawa sial atau mengundang masalah.
-          Useran yang terletak dibelakang kaki disebut Kapingkal, yang memberi pengaruh baik  adalah kapingkal yang simetris ada dua di kaki kiri dan kanan, bila  hanya satu karakter kuda sering menyepak orang yang berada diatasnya.

b)      Pengamatan ules atau bentuk fisik kuda
Secara umum kuda memiliki tiga bentuk tubuh yaitu, bambang (tinggi besar), lempay (langsing panjang) dan bureuteu (gemuk bulat). Untuk kuda renggong sebaiknya dipilih bentuk fisik yang lempay, bentuk fisik kuda lempay muda dilatih, dan bila menari postur tubuhnya enak dipandang.
c)      Pengamatan babangus atau wajah kuda
Untuk kebutuhan kuda renggong sebaiknya jangan memilih wajah kuda yang bebeng (rata) tetapi pilih yang yang nyalumpit yaitu bentuk wajah kuda yang lancip, ciri-cirinya bentuk kepala yang makin menyepit dari pangkal kepala menuju mulut.

d)     Pengamatan mata kuda
Untuk kuda renggong sebaiknya jangan dipilih kuda yang memiliki alis tebal karena cenderung bengis (galak) sulit diaur,pilih yang bermata sayu (coyor) karena biasanya lungguh dan jinak jadi lebih mudah dilatih dan diatur.

2.4.  Proses Pelatihan
Gerakan tarian kuda mula pertama diciptakan Aki Sipan dari gerak-gerak berjalan yang berirama seperti yang diajarkan oleh Aki Sipan kepada kepada kuda. Gerakan-gerakan kuda berkembang menjadi gerakan-gerakan yang baku yang memiliki sebutan seperti  :
-          Adean              :  Gerakan kuda lari ke kiri
-          Torolong         : Gerakan lari kuda dengan langkah pendek-pendek dan cepat
-          Derap atau Jogrog      :  Gaya berjalan kuda dengan langkah cepat
-          Congklang       :  Gerakan kuda lari dengan langkah kaki sejajar seperti kuda pacu
                                (Balap)
-          Anjing Minggat : Gerakan langkah kuda setengah berlari.

Ada tiga langkah yang umum di gunakan dalam melatih kuda renggong yaitu  :
1.      Diinsyafkan, yaitu proses melatih kuda agar menurut bila dikendalikan. Dalam proses ini dilakukan pemaksaan terhadap kuda seperti bila nyepak ( nendang ) dipecut. Bila berdiri dibeubeutkeun (dibanting ), bila melonjak-lonjak ditarik kebelakang sampai terlentang atau dicentok (tali kendali ditarik hingga mulutnya kesakitan ). Ciri kuda yang kesakitan biasanya tidak mau depa (duduk) dan para pemiliknya akan mengobatinya dengan ramuan air panas dicampur spirtus, ramuan tersebut dioleskan menggunakan kain lalu diurut jurus jantung ( dipijit searah jantung ), sisa ramuan tidak di buang tapi diembunkan dan digunakan lgi hingga ramun obt habis.

2.      Pelatihan gerakan kaki,
Pelatihan gerakan kaki dilakukan dengan menahan langkah kaki kuda agar bias melakukan gerakan teratur bila diiringi musik.
-          Pelatihan awal dilakukan oleh dua orang yang masing-masing memegang kendali di kiri dan kanan. Gerakan pertama adalah gerakan berlari kecil, lalu kendali diatur agar gerakan berlari menjadi berjalan.
-          Pelatihan kedua adalah memperlambat gerakan berjalan, mulai gerakan berjalan biasa lalu kendali ditahan agar gerakan kuda makin lambat , hingga gerakan kuda menjadi sangat lambat (ngagerenyem : Sunda )
-          Pelatihan ketiga adalah menahan gerakan kuda agar dapat jalan ditempat

3.      Pengenalan music dan tempat keramaian
Setelah kuda bias jalan ditempat, kuda mulai dikenakan dengan music iringan. Biasanya kuda yang telah mampu jalan ditempat bila diperdengarkan irama music secara intuitif gerakan kakinya akan mengikuti ketukan irama music. Setelah itu kuda akan dibawa berjalan keluar arena latihan, dipertemukan dengan keramaian jalan yang banyak orang dan kendaraan yang berlalu lalang. Pada mulanya kuda akan ketakutan dan berlari dengan panic namun setelah berkali-kali dilatih dijalanan maka kuda biasanya berprilaku tenang dan tunduk kepada pelatih atau penuntunnya.

2.5.  Penari Kuda renggong
Pada zaman dahulu kegembiraan pertunjukan kuda renggong diungkapkan dengan partisipasi para pengantar rombongan arak-arakan yang terdiri dari para tetangga dan keluarga pengantin dengan menari bersama sepanjang jalan. Masa kini rombongan penari merupakan hal yang selalu disertakan dalam setiap arak-arakan kuda renggong. Penari tersebut ada yang berasal dari keluarga pengantin da nada juga yang berasal dari group penari wanita yang khusus dipesan dari sanggar tari.
2.6. Musik Iringan
Pada awal kelahirannya, iringan music yang mengiringi seni kuda renggong adalah music dari kesenian Reak.  Yang ensamble atau Waditranya terdiri dari dog-dog , angklung, Kempul, Goong, Kecrek, dan terompet. Di desa Cikurubuk sendiri menurut bapak Mamat, iringan music kuda renggong pada zaman dulu mula-mula adalah music Balaganjur, yang waditranya terdiri dari Terbang, dog-dog, angklung, kendang dan bedug. Personalnya bias mencapai 60 orang. Warna bunyi bukan hal penting, yang diutamakan adalah pola irama teratur dan berulang-ulang untuk mengiringi kuda berjalan. Lagu-lagu yang disajikan adalah lagu-lagu kawih kapasindennan, seperti :
-          Kidung
-          Kembang gadung
-          Kadipatennan
-          Samping Butut
-          Rayak-rayak
Pada perkembangan selanjutnya seni kuda renggong ini ditambah beberapa music iringan seperti  kesenian Jidur ( Genjring dan bedug kecil ), kesenian pencak silat ( kendang besar dan kendang kecil atau kulanter, bende atau goong kecil dan tarompet ) ,  kesenian ketuk tilu  ( tiga buah ketuk ). Tiga bentuk music iringan ini pertama kali dipadukan dalam satu karya music iringan kuda renggong atas prakarsa Sukria, anak dari Aki Sipan dan pertama kali di cobanya pada pementasan seni kuda renggong yang dipimpinnya. Pengaruh kesenian ketuk tilu berpengaruh pada perubahan pola-pola tarian dari para penari yang ikut arak-arakan kuda renggong. Demikian pula gaya pencak silat ikut juga mewarnai gaya tarian para pemandu rombongan kuda renggong. Lagu-lagu yang dibawakan selain lagu pembukaan ( kidung dan Kembang gadung ) juga disajikan lagu-lagu dalam seni ketuk tilu dan pencak silat seperti buah kawung, cikeruhan, geboy, gaplek dsb.
Pada masa penjajahan belanda, iringan music kuda renggong teepengaruh oleh jenis music berirama mars dari korps music serdadu Belanda, yang ditandai dengan masuknya alat music tanji ( suling klarinet). Instrument tanji ini mirip dengan terompet, dan music tanji pertama kali digunakan sebagai iringan kuda renggong milik Sukria dengan mendatangkan rombongan Tanji dari karawang yang dipimpin oleh Satir. Lagu-lagu yang disajikan adalah lagu-lagu yang berirama mars seperti music untuk mengiringi derap langkah prajurit berbaris.
Alat music tanji ini diperguanakan pula oleh satu-satunya group karawitan yang ada di desa Cikurubuk yaitu Group Biru Mas pimpinan Onong yang waditranya terdiri dari  :
-          Satu buah tambur
-          Satu buah Bedug
-          Satu buah Goong Besar ( Gong ) dan Goong Kecil (Kempul )
-          Tiga buah Ketuk
-          Satu buah Torombon ( Thrombon )
-          Satu buah Suling ( Klarinet )
-          Satu set sound system yang terdiri dari : Aki, Sustel, dan Speaker corong.
2.6. Tata Rias busana Kuda dan Penunggangnya
1. Tata Rias penunggang kuda
Masa dahulu busana bangsawan merupakan busana yang lazim digunakan para penunggang kuda renggongbaik laki-laki yang dikhitan maupun perempuan yang digusar. Masa kini selain busana bangsawan banyak alternative pilihan bagi para penunggang kuda renggong seperti busana tokoh-tokoh wayang cantik dan gagah seperti Arjuna, Srikandi dan Gatotkaca, adapula yang dihias dengan busana modern pengantin gaya barat atau rias busana pengantin tradisioanal seperti pengantin Sunda/Jawa.
1.      Tata rias busana kuda
Seperti halnya rias busana penunggang kuda, masa lalu accessories busana kuda hanya berupa accessories seadanya pada kepala dan pelana kuda. Perkembangan pertama adalah memberi ornament (Hiasan) yang indah dipandang pada perangkat kuda tunggang tradisional. Perangkat busana kuda tunggang tradisional terdiri dari  :
-          Sela yaitu tempat untuk duduk penunggang kuda
-          Sangawedi untuk meniti kuda
-          Apis buntut yaitu penghubung antara sela dan pangkal ekor kuda
-          Eles yaitu alat pengendali kuda
Busana kuda tunggangan dalam pertunjukan kuda renggong diperindah dengan accessories manik-manik, beludru, serta benang mas. Hal inovatif ini dilakukan karena focus perhatian penonton masa kini tidak hanya pada penunggangnya yaitu pengantin khitanan atau gusaran tetapi juga pada kuda tunggangannya, kuda yang bagus hiasan busananya lebih banyak peminatnya dan lebih mahal harga sewanya.

2.7. Struktur penyajian Kuda Renggong
Pelaksanaan pertunjukkan kesenian kuda renggong dalam upacara khitanan dan gusaran agar terlaksana dengan lancer maka segala sesuatunya harus disusun dengan tertib. Dalam hal ini pimpinan rombongan melakukan pemeriksaan segala perlengkapan yang dibutuhkan sebelum acara dimulai agar terhindar dari kutukan leluhur sebab yang kena dampaknya adalah kita semua.
Perlengkapan yang diperiksa meliputi: sesajen, kuda, perlengkapan dan waditra (alat-alat musik), alat transfortasi dan konsumsi untuk kepentingan selama pergelaran dan pertunjukan Kuda Renggong, serta anak khitanan dan gusaran yang telah dirias siap menunggang kuda untuk diarak.
Upacara nyuguh dilaksanakan setelah semua perlengkapan yang diperlukan tersedia. Dalam upacara nyuguh disertakan do’a dan mantra memohon perlindungan dari yang maha kuasa agar selamat dari segala marabahaya, dan mendapatkan kelancaran selama pertunjukan.  Setelah upacara nyuguh selanjutnya dilaksanakan pertunjukan kuda renggong, yang urutannya sebagai berikut ;
1.      Prosesi Arak-arakan
2.      Sawer
3.      Atraksi kuda silat

2.8. Eksistensi Kuda Renggong dalam masyarakat Sumedang
Eksistensi kuda renggong dalam masyarakat Sumedang dapat dilihat dari sejauh mana kesenian ini berkembang dalam system social budaya masyarakatnya. Data – data yang tertulis dan yang diperoleh dari wawancara dengan anggota dan para tokoh masyarakat di Desa Cikurubuk serta fakta-fakta yang terlihat di lapangan menunjukkan keberadaan dan perkembangan seni kuda renggong di wilayah Sumedang tetap terpelihara karena adanya peran para budaya yang terdiri dari  : masyarakat, Seniman dan Pengelola daerah yang berkepentingan dengan keberadaan kesenian ini.

2.9. Fungsi seni kuda renggong dalam masyarakat Cikurubuk
1. Sebagai Sarana Upacara khitanan dan Gusaran
2. Sebagai sarana penyambutan tamu
3. Sebagai hiburan dan pentas seni

4. Sebagai mata pencaharian

1 komentar:

  1. Saya bangga sebagai keturunan langsung aki sipan,kesenian kuda renggong dapat dilestarikan hingga sekarang,,

    BalasHapus