KEGIATAN PENGERJAAN SAPRAS 2014 DI PATOK 2.
DESA CIKURUBUK
Jumat, 02 Januari 2015
Selasa, 18 Februari 2014
Kesenian Budaya Kuda Renggong
Masa
kini historis tentang kuda renggong masih bervariasi dan diwarnai dengan cerita
mitos yang menyatakan bahwa dahulu kuda betina kepunyaan Bupati Suria Atmadja
melahirkan anak kuda yang bernama Belo
Jalu dari hasil perkawinannya dengan jin kuda yang pandai menari,
diberitakan bahwa ada keanehan yang dimiliki akan kuda tersebut pada saat bias
berjalan, gerakan langkahnya seperti menari. Cerita mitos ini beredar di
masyarakat desa Cikurubuk, bahkan menurut juru kuda yang juga seniman kuda
renggong di desa Cikurubuk, belo
adalah sebutan untuk kuda yang masih muda, yang ciri-cirinya belum memiliki sihung ( Taring ). Taring biasanya
tumbuh pada saat usia kuda menginjak usia 5 tahun.
Kuda
pada masa lalu dipergunakan untuk keperluan para priyayi ( Bangsawan ) dan
petinggi Belanda sebagai alat transportasi. Kuda dijadikan atribut kehormatan
bagi pemiliknya yang kebanyakan para priyayi atau orang Belanda, rakyat biasa
kebanyakan hanya sebagai pemelihara saja. Kuda selain untuk ditunggangi juga
dijadikan penarik keretek ( Kereta
Kuda ).
Menurut
Bapak Mamat cucunya Aki Sipan, kuda-kuda priyayi termasuk milik Pangeran Mekah
dititipkan pada kakeknya yang bernama Aki Sipan (1870) anak bapak Bidin yang
tinggal di desa Cikurubuk Buah Dua Sumedang. Sejak kecil Aki Sipan senang
sekali mengamati kuda terutama kuda yang dapat mengikuti gerakan manusia.
Menurut Pa Mamat Aki Sipan memiliki gerakan yang unik, bila berjalan kepalanya
mengangguk-angguk ( ngungkug : Sunda ). Ide melatih kuda menari diawali saat
berjalan setelah memandikan kuda-kuda asuhnya. Aki Sipan berjalan didepan
kuda-kuda tersebut, dan tanpa disadarinya sewaktu dia menoleh ke belakang, dia melihat
kuda-kudanya berjalan dan meniru gerak-geriknya. Timbul pemikiran bahwa
kuda-kuda tersebut akan mampu dilatih berjalan dengan irama yang teratur
menurut kehendaknya.
Tahun
1910 saat dia berusia 40 tahun atas izin pangeran Suria Atmadja, Aki Sipan
mengolah gerakan-gerakan kuda tersebut diserasikan dengan irama bunyi-bunyian
dari alat music dog-dog dan angklung, ternyata gerakan kuda makin lincah dan
patuh bila diarahkan pada gerakan yang diinginkannya. Dari sekedar bercengkrama
sambil menari dengan kuda asuhannya. Aki Sipan akhirnya mampu melatih kuda
tunggangan priyayi yang bernama si Cengek dan si Dengdek dengan gerakan tarian
yang menarik untuk ditonton. Dan atas seizing Bupati hasil karyanya tersebut
dipertontonkan sebagai tunggangan anak Bupati saat di khitan. Ternyata
kreasinya tersebut mendapat respon yang baik dari masyarakat yang menonton saat
itu. Dan kemudian terkenal sebutan “kuda renggong” yang berarti kuda yang menari.
Kuda
renggong walaupun pertama kali muncul di tengah-tengah kalangan bangsawan (
Priyayi ) penyebarannya sebagai kuda tunggangan budak sunat lebih berkembang di
pedesaan, terutama di desa Cikurubuk dan desa Buah Dua Kabupaten Sumedang.
1)
Unsur-unsur kesenian Kuda Renggong
2.1.
Seniman Kuda Renggong
Pengembangan kreativitas Aki Sipan
dalam kuda igel ( Kuda Menari )
diwujudkan dengan mendirikan sanggar seni Kuda Renggong dan dia pun menjadi
pelatih panggilan bagi kuda-kuda diluar sanggarnya. Keahlian melatih kuda ini
diwariskan kepada putranya yang bernama Sukria.
Putranya inilah yang melanjutkan kreativitasnya dalam seni kuda renggong
setelah Aki Sipan meninggal tahun 1939. Kemudian Sukria mewariskan keahlian
melatih kuda kepada putra angkatnya yaitu Bapak Mamat yang saat ini memiliki
kuda sewaan untuk pertunjukkan kuda renggong yang salah satunya bernama si Genjlong.
Seni
kuda renggong yang merupakan hasil karya Aki Sipan saat ini sudah menyebar ke
berbagai wilayah Sumedang dan luar Sumedang. Di desa Cikurubuk saat ini ada 8 (
delapan ) padepokan kuda, yaitu :
1. Genjlong, pimpinan Bapak Mamat
2. Hegar, pimpinan Bapak Nuryasip
3. Ekalaya, pimpinan Bapak Yaya M
4. Jembar, pimpinan Bapak Unar.S
5. Rahayu, pimpinan Bapak Ade s
6. Bintang Labuan, pimpinan Bapak Raksi
7. Cipta, pimpinan Bapak Kasja
8. Bintang Mulya, pimpinan Bapak olot
Encon
Para
pimpinan padepokan kuda tersebut dikenal masyarakat sebagai juru kuda. Nama
group seni kuda renggong miliknya sering berubah nama sesuai dengan nama
kudanya. Nama kuda tersebut menjadi atribut yang selalu disulam pada epok punduk salah satu bagian busana
kuda renggong.
2.2. Kuda Untuk Kuda renggong
Kuda –
kuda untuk kuda keperluan kesenian kuda renggong dipilih, dilatih, dipelihara
dan diberi perawatan yng khusus. Kuda-kuda tersebut dapat dibeli di pusat
penjualan kuda yang ada di Jawa Barat ( cimahi, Cijerah, Bogor, Rancaekek ).
Kuda – kuda tersebut pada umumnya dibeli dalam kondisi Kuda atah yaitu kuda yang belum mempunyai kemampuan menari, para
juru kuda melatih sendiri kuda-kuda tersebut atau memanggil pelatih kuda yang
handal. Diantara juru kuda ada pula yang tidak mampu untuk melatih sendiri
kudanya hingga bias menari, maka biasanya mereka membeli kuda yang kuda jadi yaitu kuda yang sudah pandai menari dari para
juru kuda lain yang menjual kudanya. Menurut Bapak Kuwu desa Cikurubuk, pelatih
kuda yang handal di Sumedang adalah Bapak Encling dari desa Baros yang sekarang
tinggal di desa Hariang. Para pelatih kuda memiliki kiat-kiat khusus dalam
memilih, melatih dan merawat kuda untuk kuda renggong.
2.3. Penyeleksian Jenis Kuda
Menurut Bapak Mamat, memilih kuda renggong selain
jenisnya ada kiat-kiat tertentu yaitu :
a)
Pengamatan Useran
( Kunciran )
Letak Useran yang ada pada tubuh
kuda memiliki makna yang berbeda dan berpengaruh pada karakter kuda serta
bawaan psikologis seperti mujur atau sial bagi pemiliknya. Kuda yang bagus adalah
kuda yang mamiliki useran simetris terutama yang diatas mata. Pengaruhnya
membawa mujur, menyenangkan dilihat sehingga disukai oleh orang-orang.
-
Useran yang
terletak dibawah mata disebut turun tangis, pengaruhnya orang yang melihat akan
mengasihi sehingga akan membawa berkah kemujuran bagi pemiliknya.
-
Useran dekat
telinga memberi pengaruh kepantasan ( Pamatri : Sunda ) pada kuda, bila tidak ada maka
kuda tersebut di sebut suwung (
Kosong ) dan sebaiknya dimiliki oleh polisi agar suwung rampog ( Kosong dari rampok )
-
Useran pada
jepitan paha disebut Pupundak ,
memberi pengaruh keselamatan atau terhindar dari bencana, bila tanda ini tidak
ada maka kuda tersebut bias membawa sial atau mengundang masalah.
-
Useran yang
terletak dibelakang kaki disebut Kapingkal,
yang memberi pengaruh baik adalah
kapingkal yang simetris ada dua di kaki kiri dan kanan, bila hanya satu karakter kuda sering menyepak
orang yang berada diatasnya.
b)
Pengamatan
ules atau bentuk fisik kuda
Secara umum kuda memiliki tiga
bentuk tubuh yaitu, bambang (tinggi
besar), lempay (langsing panjang) dan
bureuteu (gemuk bulat). Untuk kuda
renggong sebaiknya dipilih bentuk fisik yang lempay, bentuk fisik kuda lempay muda dilatih, dan bila menari
postur tubuhnya enak dipandang.
c)
Pengamatan babangus
atau wajah kuda
Untuk kebutuhan kuda renggong
sebaiknya jangan memilih wajah kuda yang bebeng
(rata) tetapi pilih yang yang nyalumpit
yaitu bentuk wajah kuda yang lancip, ciri-cirinya bentuk kepala yang makin
menyepit dari pangkal kepala menuju mulut.
d)
Pengamatan mata kuda
Untuk kuda renggong sebaiknya
jangan dipilih kuda yang memiliki alis tebal karena cenderung bengis (galak)
sulit diaur,pilih yang bermata sayu (coyor) karena biasanya lungguh dan jinak
jadi lebih mudah dilatih dan diatur.
2.4. Proses Pelatihan
Gerakan tarian kuda mula pertama diciptakan Aki
Sipan dari gerak-gerak berjalan yang berirama seperti yang diajarkan oleh Aki
Sipan kepada kepada kuda. Gerakan-gerakan kuda berkembang menjadi
gerakan-gerakan yang baku yang memiliki sebutan seperti :
-
Adean :
Gerakan kuda lari ke kiri
-
Torolong : Gerakan lari kuda dengan langkah
pendek-pendek dan cepat
-
Derap atau
Jogrog : Gaya berjalan kuda dengan langkah cepat
-
Congklang :
Gerakan kuda lari dengan langkah kaki sejajar seperti kuda pacu
(Balap)
-
Anjing
Minggat : Gerakan langkah kuda setengah berlari.
Ada tiga
langkah yang umum di gunakan dalam melatih kuda renggong yaitu :
1.
Diinsyafkan, yaitu
proses melatih kuda agar menurut bila dikendalikan. Dalam proses ini dilakukan
pemaksaan terhadap kuda seperti bila nyepak
( nendang ) dipecut. Bila berdiri dibeubeutkeun
(dibanting ), bila melonjak-lonjak ditarik kebelakang sampai terlentang atau dicentok
(tali kendali ditarik hingga mulutnya kesakitan ). Ciri kuda yang kesakitan
biasanya tidak mau depa (duduk) dan
para pemiliknya akan mengobatinya dengan ramuan air panas dicampur spirtus,
ramuan tersebut dioleskan menggunakan kain lalu diurut jurus jantung ( dipijit searah jantung ), sisa ramuan tidak
di buang tapi diembunkan dan digunakan lgi hingga ramun obt habis.
2.
Pelatihan gerakan kaki,
Pelatihan gerakan kaki dilakukan
dengan menahan langkah kaki kuda agar bias melakukan gerakan teratur bila
diiringi musik.
-
Pelatihan awal dilakukan oleh dua orang yang
masing-masing memegang kendali di kiri dan kanan. Gerakan pertama adalah
gerakan berlari kecil, lalu kendali diatur agar gerakan berlari menjadi
berjalan.
-
Pelatihan kedua adalah memperlambat gerakan
berjalan, mulai gerakan berjalan biasa lalu kendali ditahan agar gerakan kuda
makin lambat , hingga gerakan kuda menjadi sangat lambat (ngagerenyem : Sunda )
-
Pelatihan ketiga adalah menahan gerakan kuda agar
dapat jalan ditempat
3.
Pengenalan music dan tempat keramaian
Setelah kuda bias jalan ditempat,
kuda mulai dikenakan dengan music iringan. Biasanya kuda yang telah mampu jalan
ditempat bila diperdengarkan irama music secara intuitif gerakan kakinya akan
mengikuti ketukan irama music. Setelah itu kuda akan dibawa berjalan keluar
arena latihan, dipertemukan dengan keramaian jalan yang banyak orang dan
kendaraan yang berlalu lalang. Pada mulanya kuda akan ketakutan dan berlari
dengan panic namun setelah berkali-kali dilatih dijalanan maka kuda biasanya
berprilaku tenang dan tunduk kepada pelatih atau penuntunnya.
2.5. Penari Kuda renggong
Pada zaman dahulu kegembiraan pertunjukan kuda renggong
diungkapkan dengan partisipasi para pengantar rombongan arak-arakan yang
terdiri dari para tetangga dan keluarga pengantin dengan menari bersama
sepanjang jalan. Masa kini rombongan penari merupakan hal yang selalu
disertakan dalam setiap arak-arakan kuda renggong. Penari tersebut ada yang
berasal dari keluarga pengantin da nada juga yang berasal dari group penari
wanita yang khusus dipesan dari sanggar tari.
2.6.
Musik Iringan
Pada awal kelahirannya, iringan music yang
mengiringi seni kuda renggong adalah music dari kesenian Reak. Yang ensamble atau
Waditranya terdiri dari dog-dog , angklung, Kempul, Goong, Kecrek, dan
terompet. Di desa Cikurubuk sendiri menurut bapak Mamat, iringan music kuda
renggong pada zaman dulu mula-mula adalah music Balaganjur, yang waditranya terdiri dari Terbang, dog-dog, angklung,
kendang dan bedug. Personalnya bias mencapai 60 orang. Warna bunyi bukan
hal penting, yang diutamakan adalah pola irama teratur dan berulang-ulang untuk
mengiringi kuda berjalan. Lagu-lagu yang disajikan adalah lagu-lagu kawih kapasindennan, seperti :
-
Kidung
-
Kembang gadung
-
Kadipatennan
-
Samping Butut
-
Rayak-rayak
Pada perkembangan selanjutnya seni kuda renggong ini
ditambah beberapa music iringan seperti
kesenian Jidur ( Genjring dan
bedug kecil ), kesenian pencak silat
( kendang besar dan kendang kecil atau kulanter,
bende atau goong kecil dan tarompet
) , kesenian ketuk tilu ( tiga buah ketuk ). Tiga bentuk music
iringan ini pertama kali dipadukan dalam satu karya music iringan kuda renggong
atas prakarsa Sukria, anak dari Aki Sipan dan pertama kali di cobanya pada
pementasan seni kuda renggong yang dipimpinnya. Pengaruh kesenian ketuk tilu
berpengaruh pada perubahan pola-pola tarian dari para penari yang ikut
arak-arakan kuda renggong. Demikian pula gaya pencak silat ikut juga mewarnai
gaya tarian para pemandu rombongan kuda renggong. Lagu-lagu yang dibawakan
selain lagu pembukaan ( kidung dan
Kembang gadung ) juga disajikan lagu-lagu dalam seni ketuk tilu dan pencak
silat seperti buah kawung, cikeruhan,
geboy, gaplek dsb.
Pada masa penjajahan belanda, iringan music kuda
renggong teepengaruh oleh jenis music berirama mars dari korps music serdadu
Belanda, yang ditandai dengan masuknya alat music tanji ( suling klarinet).
Instrument tanji ini mirip dengan terompet, dan music tanji pertama kali
digunakan sebagai iringan kuda renggong milik Sukria dengan mendatangkan
rombongan Tanji dari karawang yang dipimpin oleh Satir. Lagu-lagu yang
disajikan adalah lagu-lagu yang berirama mars seperti music untuk mengiringi
derap langkah prajurit berbaris.
Alat music tanji ini diperguanakan pula oleh
satu-satunya group karawitan yang ada di desa Cikurubuk yaitu Group Biru Mas
pimpinan Onong yang waditranya terdiri dari
:
-
Satu buah tambur
-
Satu buah Bedug
-
Satu buah Goong Besar ( Gong ) dan Goong Kecil
(Kempul )
-
Tiga buah Ketuk
-
Satu buah Torombon ( Thrombon )
-
Satu buah Suling ( Klarinet )
-
Satu set sound system yang terdiri dari : Aki,
Sustel, dan Speaker corong.
2.6.
Tata Rias busana Kuda dan Penunggangnya
1. Tata Rias penunggang kuda
Masa dahulu busana bangsawan merupakan busana yang
lazim digunakan para penunggang kuda renggongbaik laki-laki yang dikhitan
maupun perempuan yang digusar. Masa kini selain busana bangsawan banyak
alternative pilihan bagi para penunggang kuda renggong seperti busana
tokoh-tokoh wayang cantik dan gagah seperti Arjuna, Srikandi dan Gatotkaca,
adapula yang dihias dengan busana modern pengantin gaya barat atau rias busana
pengantin tradisioanal seperti pengantin Sunda/Jawa.
1.
Tata rias busana kuda
Seperti halnya rias busana penunggang kuda, masa
lalu accessories busana kuda hanya berupa accessories seadanya pada kepala dan
pelana kuda. Perkembangan pertama adalah memberi ornament (Hiasan) yang indah
dipandang pada perangkat kuda tunggang tradisional. Perangkat busana kuda
tunggang tradisional terdiri dari :
-
Sela yaitu tempat untuk duduk penunggang kuda
-
Sangawedi untuk meniti kuda
-
Apis buntut yaitu penghubung antara sela dan pangkal
ekor kuda
-
Eles yaitu alat pengendali kuda
Busana kuda tunggangan dalam pertunjukan kuda
renggong diperindah dengan accessories manik-manik, beludru, serta benang mas. Hal
inovatif ini dilakukan karena focus perhatian penonton masa kini tidak hanya
pada penunggangnya yaitu pengantin khitanan atau gusaran tetapi juga pada kuda
tunggangannya, kuda yang bagus hiasan busananya lebih banyak peminatnya dan
lebih mahal harga sewanya.
2.7.
Struktur penyajian Kuda Renggong
Pelaksanaan pertunjukkan kesenian kuda renggong
dalam upacara khitanan dan gusaran agar terlaksana dengan lancer maka segala
sesuatunya harus disusun dengan tertib. Dalam hal ini pimpinan rombongan
melakukan pemeriksaan segala perlengkapan yang dibutuhkan sebelum acara dimulai
agar terhindar dari kutukan leluhur sebab yang kena dampaknya adalah kita
semua.
Perlengkapan yang diperiksa meliputi: sesajen, kuda,
perlengkapan dan waditra (alat-alat musik), alat transfortasi dan konsumsi
untuk kepentingan selama pergelaran dan pertunjukan Kuda Renggong, serta anak
khitanan dan gusaran yang telah dirias siap menunggang kuda untuk diarak.
Upacara nyuguh dilaksanakan setelah semua
perlengkapan yang diperlukan tersedia. Dalam upacara nyuguh disertakan do’a dan
mantra memohon perlindungan dari yang maha kuasa agar selamat dari segala
marabahaya, dan mendapatkan kelancaran selama pertunjukan. Setelah upacara nyuguh selanjutnya
dilaksanakan pertunjukan kuda renggong, yang urutannya sebagai berikut ;
1.
Prosesi Arak-arakan
2.
Sawer
3.
Atraksi kuda silat
2.8.
Eksistensi Kuda Renggong dalam masyarakat Sumedang
Eksistensi kuda renggong dalam masyarakat Sumedang
dapat dilihat dari sejauh mana kesenian ini berkembang dalam system social
budaya masyarakatnya. Data – data yang tertulis dan yang diperoleh dari
wawancara dengan anggota dan para tokoh masyarakat di Desa Cikurubuk serta
fakta-fakta yang terlihat di lapangan menunjukkan keberadaan dan perkembangan
seni kuda renggong di wilayah Sumedang tetap terpelihara karena adanya peran
para budaya yang terdiri dari :
masyarakat, Seniman dan Pengelola daerah yang berkepentingan dengan keberadaan
kesenian ini.
2.9.
Fungsi seni kuda renggong dalam masyarakat Cikurubuk
1. Sebagai
Sarana Upacara khitanan dan Gusaran
2. Sebagai
sarana penyambutan tamu
3. Sebagai
hiburan dan pentas seni
4. Sebagai
mata pencaharian
Senin, 17 Februari 2014
Profile Desa Cikurubuk
PROFIL
DESA CIKURUBUK
1. Nama Desa : CIKURUBUK
2.. Wilayah :
Kecamatan Buahdua
Kabupaten Sumedang
Provinsi Jawa Barat.
3.Peta Desa Cikurubuk
4.
Sejarah Desa
Desa Cikurubuk Kecamatan Buahdua
Kabupaten Sumedang konon nama Cikurubuk diambil dari kata “Burukbuk” yaitu
suara dan kondisi air yang keluar dari mata air. Hal ini disebabkan karena Desa
Cikurubuk memiliki kekayaan yang tak ternilai yaitu berupa melimpahnya sumber
mata air yang tersebar di wilayahnya, sehingga menjadi sumber kehidupan bagi
masyarakat yang ada di wiliyah Desa Cikurubuk maupun yang ada disekitarnya.
Berdasarkan data yang ada, Desa
Cikurubuk ini memiliki 10 (sepuluh) buah mata air yang tersebar yaitu : Mata
Air Ciembutan, Mata Air Cijolang, Mata Air Solokan Letik, Mata Air Sawah
Cijolang, Mata Air Ingkar, Mata Air Cikurubuk, Mata Air Cijaha, Mata air Ranca,
Mata Air Ciakar, dan Mata Air Cigempol.
Dengan kondisi seperti itu pantaslah kalau Desa Cikurubuk menjadi Desa yang
memiliki potensi alam cukup besar untuk diberdayakan dalam berbagai sector,
baik pertanian, perikanan, pariwisata dan lain-lain.
Sejak awal berdirinya, desa Cikurubuk
telah dipimpin oleh 13 Kepala Desa:
NO
|
NAMA
KEPALA DESA
|
TAHUN
PERIODE
|
KETERANGAN
|
1
|
KARTA
|
Tidak
Diketahuai
|
|
2
|
MAMA
AL-WADJI
|
Tidak
Diketahuai
|
|
3
|
ADIRDJA
|
Tidak
Diketahuai
|
|
4
|
DANU
|
Tidak
Diketahuai
|
|
5
|
SASTRA
WINATA
|
1925
– 1935
|
|
6
|
KASTU
|
1935
– 1936
|
PJS
|
7
|
UMSA
|
1936
– 1945
|
|
8
|
HASAN
|
1945
– 1975
|
|
9
|
SUMARNA
|
1975
– 1983
|
|
10
|
INDANG
SUHARDI
|
1984
– 1989
|
|
11
|
ENCIM
|
1990
– 1999
|
|
12
|
YAYA
AHYA
|
2000
– 2007
|
|
13
|
HERMAN
|
2008
– 2014
|
|
14
|
HERMAN
|
2014
-
|
5.
Geografis Desa
a.
Letak Wilayah :
Desa Cikurubuk
terletak dibagian Utara dari Ibu Kota
Kabupaten Sumedang dan terletak di kaki gunung Tampomas bagian Utara, sedangkan
letak dari Ibu Kota Kecamatan Buahdua berada dibagian Barat Daya yang
berbatasan dengan kecamatan Tanjungkerta.
b.
Kordinat, DPL, suhu dan curah hujan
·
Kordinat
Bujur 107.944271.
·
Kordinat
Lintang -6.729275.
·
Keting
gian Terendah DPL 400M.
·
Ketinggian
Tertinggi DPL 700M.
·
Suhu
terendah 260 C
·
Suhu
tertingi 280 C
·
Curah
hujan rata-rata……………
·
Jumlah
bulan hujan rata-rata 8 Bulan
c.
Batas Wilayah :
·
Sebelah
Utara: Desa Citaleus dan desa Bojongloa;
·
Sebelah
Selatan: Gunung Tampomas;
·
Sebelah
Barat : Desa Boros, Kecamatan
Tanjungkerta.
·
Sebelah
Timur: Desa Bojongloa dan gunung tampomas
·
Desa
terluar di Indonesia: Tidak.
·
Desa
terluar di Propinsi: Tidak.
·
Desa
terluar di Kabupaten: Tidak.
·
Desa
terluar di Kecamatan: Ya.
d. Luas Wilayah : 421.830 Ha
e.
Orbitasi
Jarak dari
ibukota kecamatan 5 km dengan waktu tempu 15 menit dan jarak dari ibukota kabupaten 35 km dengan waktu tempuh
90 menit.
6.
Jumlah Dusun RW dan RT
NAMA
DUSUN
|
JUMLAH
RW
|
JUMLAH
RT
|
1.
Cikurubuk
|
3
|
12
|
2.
Cilumping
|
3
|
13
|
Jumlah
|
6
|
25
|
7.
Jumlah Penduduk Sampai Bulan Maret 2014
a. Jumlah Berdasarkan
Kepala Keluarga 841 KK
b. Jumlah Berdasarkan
Jenis Kelamin :
1. Laki-laki :1.244
2.
Perempuan :1.241
Jumlah 2.485
c.
Jumlah Berdasarkan Agama :
1.
Agama Islam : 2.484
2.
Agama Kristen : 1
Jumlah :
2.485
d. Jumlah Berdasarkan
Pendidikan
1.
Belum Sekolah : 346
2.
Belum Tamat SD : 231
3.
Tamat SD/sederajat :1.042
4.
SLTP/sederajat : 411
5.
SLTA/sederajat : 366
6.
D.1/D.2 : 16
7.
D.3/Sarjana Muda : 31
8.
D.4/S.1 : 40
9.
S.2 : 2
Jumlah :2.485
e.
Jumlah Berdasarkan Kelompok Usia
1.
0 – 4 tahun (balita) : 87
2.
5 – 6 : 57
3.
7 – 12 : 259
4.
13 – 15 : 100
5.
16 – 18 : 102
6.
19 – 25 : 244
7.
26 – 64 :1.260
8.
65 keatas : 376
Jumlah :2.485
f. Jumlah Berdasarkan
Status Perkawinan
1.
Belum Kawin :1.004
2.
Kawin :1.443
3.
Cerai Hidup : 38
Jumlah :2.485
g.
Jumlah Berdasarkan Pekerjaan
1.
Tidak/belum bekerja : 465
2.
Ibu Rumah Tangga : 749
3.
Pelajar/Mahasiswa : 301
4.
Pensiunan : 57
5. PNS : 32
6.
TNI – POLRI : 1
7.
Petani : 284
8.
Buruh : 42
9.
Pegawai Swasta : 96
10. Wiraswasta : 421
11. Lain – lain : 37
Jumlah :2.485
8.
Potensi Luas Wilayah Menurut Penggunaan
NO
|
WILAYAH
|
KEPEMILIKA
TANAH (HA)
|
||
TMA
|
TANAH
DESA
|
WAKAP
|
||
1
|
Pemukiman
|
128,086
|
||
2
|
Pesawahan
|
166,275
|
||
3
|
Perkebunan
|
96,148
|
||
4
|
Hutan Rakyat
|
26,00
|
||
5
|
Perkantoran
|
0,030
|
||
6
|
Lapangan Olah Raga
|
1,000
|
||
7
|
Pemakaman
|
2,500
|
||
8
|
Sarana Peribadatan
|
0,500
|
||
9
|
Kesehatan
|
0,021
|
0,021
|
|
10
|
Pendidikan
|
1,000
|
1,000
|
9.
Potensi Kelembagaan
A. Pemerintahan Desa
1. Pemerintah Desa
a.
Struktur Organisasi Pemerintah Desa
2. Susunan Aparatur Pemerintah Desa
NO
|
NAMA
|
JABATAN
|
SURAT
KEPUTUSAN
|
1
|
HERMAN
|
KEPALA DESA
|
BUPATI
|
2
|
DADANG KUSMIRAT
|
PLH. SEKDES
|
KEPALA DESA
|
3
|
DADANG KUSMIRAT
|
KAUR PEMERINTAHAN
|
KEPALA DESA
|
4
|
OMO SUTARMA
|
KAUR EKBANG
|
KEPALA DESA
|
5
|
K TOHIR MY
|
KAUR KESRA
|
KEPALA DESA
|
6
|
DADANG WIHARSA
|
BENDAHARA
|
KEPALA DESA
|
7
|
OMO SUTARMA
|
PTL. ULU-ULU
|
KEPALA DESA
|
8
|
DADANG KUSMIRAT
|
PTL. KULISI
|
KEPALA DESA
|
9
|
K TOHIR MY
|
PTL. LEBE
|
KEPALA DESA
|
10
|
NANA SUPRIATNA
|
KADUS SATU
|
KEPALA DESA
|
11
|
DIA RUHDIA
|
KADUS DUA
|
KEPALA DESA
|
12
|
IDI
|
STAF DESA
|
KEPALA DESA
|
3.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Susunan Anggota BPD
NO
|
NAMA
|
JABATAN
|
1
|
Drs. UMAR SUMARYA
|
KETUA
|
2
|
DIDI SUPRIADI
|
WAKIL KETUA
|
3
|
DADANG WIHARSA
|
SEKRETARIS
|
4
|
NARTA SASMITA
|
ANGGOTA
|
5
|
AEP JAENUDIN
|
ANGGOTA
|
6
|
CUCU SOPYANA,Spd.
|
ANGGOTA
|
7
|
LILI
|
ANGGOTA
|
8
|
ADE RUKMANA
|
ANGGOTA
|
9
|
YOYO CAHYA
|
ANGGOTA
|
4. Lembaga Kemasyarakatan Desa
NO
|
NAMA LEMBAGA
|
JUMLAH
|
||
ORGANISASI
|
PENGURUS
|
ANGGOTA
|
||
1
|
LPMD
|
1
|
3
|
6
|
2
|
PKK
|
1
|
6
|
45
|
3
|
RUKUN WARGA (RW)
|
6
|
18
|
|
4
|
RUKUN TETANGGA (RT)
|
25
|
75
|
|
5
|
LINMAS
|
1
|
12
|
|
6
|
GAPOKTAN
|
1
|
16
|
465
|
7
|
KARANG TARUNA
|
2
|
20
|
121
|
8
|
POSYANDU
|
1
|
9
|
|
9
|
AL – HIDAYAH
|
1
|
10
|
64
|
5.
Potensi Olah Raga dan Kesenian
NO
|
NAMA KEGIATAN
|
JUMLAH
|
|
KLUB
|
ANGGOTA
|
||
1
|
SEPAK BOLA
|
1
|
34
|
2
|
BOLA VOLI
|
2
|
25
|
3
|
TENIS MEJA
|
1
|
10
|
4
|
TANJI
|
2
|
38
|
5
|
KUDA RENGGONG
|
4
|
-
|
6
|
CALUNG
|
1
|
15
|
7
|
GEMYUNG
|
1
|
15
|
6. Organisasi Partai Politik yang ada.
NO
|
NAMA PARTAI
|
JUMLAH
|
|
PENGURUS
|
ANGGOTA
|
||
1
|
GOLONGAN KARYA
|
||
2
|
PDI-P
|
||
3
|
PKS
|
||
4
|
HANURA
|
||
5
|
GERINDRA
|
7. Potensi Perekonomian Masyarakat
NO
|
SUB POTENSI
|
LUAS AREAL
(ha)
|
KOMODITAS
|
JUMLAH PRODUKSI
|
A
|
HUTAN RAKYAT
|
·
Albasiah
|
||
·
Kayu
Lainnya
|
||||
B
|
PERKEBUNAN
|
·
Cengkeh
|
||
·
Kopi
|
||||
C
|
SAWAH
|
·
Padi
|
||
·
Kacang
Tanah
|
||||
·
Sayuran
|
||||
D
|
PETERNAKAN
|
·
Sapi
|
||
·
Kerbau
|
||||
·
Domba
|
||||
·
Kambing
|
||||
·
Unggas
|
||||
E
|
PERIKANAN AIR TAWAR
|
·
Ikan
Mas
|
||
·
Mujaer
|
||||
·
Lele
|
||||
·
Ikan
lainnya
|
8. Lembaga Ekonomi
NO
|
NAMA
|
JUMLAH
|
JUMLAH ANGGOTA
|
KETERANGAN
|
1.
|
Kelompok Usaha Rumahan
|
5 kelompok
|
60 orang
|
|
2.
|
Usaha kecil
|
4 unit
|
20 0rang
|
|
3
|
Usaha warungan
|
12 unit
|
12 orang
|
Kelontongan
|
4
|
Peternakan
|
5 Kelompok
|
35 Orang
|
Sapi & domba
|
5
|
Perikanan
|
2 Kelompok
|
10 Orang
|
|
6
|
Usaha Tani
|
4 Kelompok
|
||
7
|
Angkutan Umum
|
15 Unit
|
8 Orang
|
Perorangan
|
9. Lembaga Pendidikan
NO
|
NAMA
|
PORMAL
|
NON PORMAL
|
JUMLAH MURID
|
KETERANGAN
|
1
|
SDN Cikurubuk
|
||||
2
|
SDN Cilumping
|
||||
3
|
TK Bhakti Pertiwi
|
||||
4
|
Paud Cilumping
|
||||
5
|
MDA Al Furqon
|
||||
6
|
MDA Al Ikhlas
|
ΓΌ
|
|||
7
|
Kelompok Pengajian
|
6 Kelompok
|
10. Visi dan Misi
1. Visi Desa Cikurubuk Tahun 2014 -
2019
“CIKURUBUK BERSEMI”
BERIMAN,
SEJAHTERA DAN MANDIRI
2. Misi Desa Cikurubuk
Target yang diharapkan untuk jangka
waktu 6 (enam) tahun kedepan, yaitu periode 2014 – 2019 adalah sebagai berikut
:
a.
Beriman
Bahwa masyarakat desa Cikurubuk
merupakan masyarakat yang Berketuhanan kepada Yang Maha Esa, sehingga akan
terwujud masyarakat yang agamis, religious, sopan, santun, toleran, gotong
royong dan berpendidikan, sehingga akan terbentuk masyarakat yang “nyantri dan intelek”.
b.
Sejahtera
Tercapainya kebutuhan dasar manusia
berupa kebutuhan secara fisiologis maupun psikologis secara seimbang, merupakan
landasan untuk mencapai kesejahteraan walaupun ada perbedaan latarbelakang
social, budaya, persepsi dan pengetahuan.
Tingkatan yang ingin dicapai, adalah
masyarakat dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, mempunyai jaminan kesehatan
dan tercapainya minimal berpendidikan dasar.
c.
Mandiri
Terciptanya masyarakat yang memehami
hak dan kewajiban selaku warga Negara dengan bercirikan kebersamaan, gotong
royong, aspiratif, responsive, inopatif, kreatif dan bertanggungjawab.
11. Prinsip Mewujudkan Visi dan Misi
1. Partisipatif
:
Yaitu dengan memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk terlibat langsung dalam proses kegiatan, dari mulai
perencanaan sampai pelaksanaan.
2. Transparansi
:
Yaitu keterbukaan manajemen dan
administrasi dalam hal penggunaan dana.
3. Akuntabilitas
:
Yaitu masyarakat diikutsertakan
mempertanggungjawabkan dalam hal ketepatan sasaran, waktu, pembiayaan dan
kualitas tujuan.
4. Berkesinambungan
:
Yaitu diberikan keleluasan untuk
melanjutkan, mengembangkan dan
memelihara program kegiatan yang telah tercapi, sehingga masyarakat merasa
memiliki.
Langganan:
Postingan (Atom)